PENYEBAB GAGAL PANEN PADI
Penyakit blas atau busuk leher / potong leher pada padi disebabkan oleh cendawan Pyricularia grisea Sacc. (sinonim Pyricularia oryzae Cavara) adalah salah satu penyakit yang seolah menghatui para petani pada tanaman padi. hal ini disebabkan karena penyakit ini secara langsung menurunkan hasil tanaman padi di Asia Tenggara dan Amerika maupun negara - negara agraris penghasil padi sekitar 30-50% dan mengakibatkan kerugian jutaan dolar Amerika . Di Indonesia sendiri serangan penyakit ini dapat mencapai seluas 1.289 juta hektar lebih atau sekitar 12% dari total dari luas lahan pertanian padi di Indonesia.
Penyakit Blas / potong leher ini disebabkan oleh meluasnya serangan jamur Pyricularia grisea (P. oryzae). Jamur ini menyerang tanaman padi pada masa vegetatif yang menimbulkan gejala blas daun (leaf blast) dengan ditandai adanya bintik-bintik kecil pada daun yang berwarna ungu kekuningan. Semakin lama bercak tersebut menjadi besar, bintik tersebut berbentuk seperti belah ketupat dengan bagian tengahnya berupa titik berwarna putih atau kelabu dengan bagian tepi kecoklatan. Serangan pada fase generatif menyebabkan pangkal malai membusuk, berwarna kehitaman dan mudah patah (busuk leher). Penyakit blas merupakan salah satu kendala utama dalam budidaya padi karena bila terserang jamur Pyricularia oryzae ini bila tidak diwaspadai sejak awal akan mengakibatkan penurunan produksi hingga 70 %.
Padi merupakan inang utama sebagai tempat berkembang biaknya jamur Pyricularia oryzae sehingga apabila tanaman padi yang tumbuh secara serempak di suatu hamparan dan sudah terdapat adanya gejala serangan sebelumnya maka dimungkinan sekali blas ini akan dengan cepat menyebar apa lagi dengan didukung oleh cuaca dan kelembaban dan suhu optimum yaitu antara 24º C - 28º C.
Tingkat parahnya penyakit blas sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya kelebihan unsur nitrogen dan kekurangan air juga dapat menambah kerentanan tanaman. Diduga bahwa kedua faktor tersebut menyebabkan kadar silikon tanaman rendah. Kandungan silikon dalam jaringan tanaman sangat menentukan ketebalan dan kekerasan dinding sel sehingga mempengaruhi terjadinya penetrasi patogen kedalam jaringan tanaman. Tanaman padi yang berkadar silikon rendah akan lebih rentan terhadap infeksi patogen. Pupuk nitrogen berkorelasi positif terhadap tingkat parahnya penyakit blas. Artinya makin tinggi pupuk nitrogen tingkat parahnya penyakit makin tinggi.
Perkembangan Penyakit blas (Pyricularia oryzae) ini ditentukan oleh musim dan lokasi, sehingga antara musim baik pada lokasi yang sama maupun lokasi berbeda dapat bervariasi serangannya.
Jamur ini berkembangbiak cepat pada tanaman padi yang berjarak tanam terlalu rapat sehingga mempunyai tingkat kelembaban yang cukup tinggi.Dianjurkan penggunaan pupuk urea jangan berlebihan, karena hal menyebabkan makin tingginya kecepatan perkembangbiakan jamur tersebut.
Penyakit dapat menginfeksi tanaman pada semua stadium tumbuh. Gejala penyakit blas dapat timbul pada daun, batang, malai, dan gabah, tetapi yang umum adalah pada daun dan pada leher malai. Daerah endemik penyakit blas di Indonesia meliputi; Lampung, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Jambi, Sumatera Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Jawa Timur dan Jawa Barat bagian selatan (Sukabumi dan Garut).
Berdasarkan data pada Direktorat Perlindungan Tanaman, Ditjen Tanaman Pangan. Luas serangan Blas pada tanaman padi Tahun 2012 seluas 55.643 ha (puso : 146 ha) terutama terjadi di Propinsi Jawa Timur (17.166 ha, puso: 92 ha), Jawa Tengah (10.644 ha, puso: 3 ha), Jawa Barat (8.068 ha), Lampung (3.479 ha, puso: 8 ha) dan Sulawesi Tenggara (2.248 ha, puso). Luas ini lebih tinggi apabila dibandingkan dengan tahun 2011 seluas 27.403 ha (puso : 198 ha) dan rerata 5 tahun (2006-2010) seluas 19.787 ha (puso:64 ha).(sumber ; Kementrian Pertanian RI)
Serangan Blas pada tanaman padi tertinggi terjadi pada bulan Januari, Februari, Maret dan Juli tahun 2012 dengan puncak serangan terjadi pada bulan Januari seluas 12.169 ha.
Penyakit blas merupakan penyakit yang terbawa benih (seed borne pathogen), Maka untuk mencegah penyakit blas dianjurkan tidak menggunakan benih yang berasal dari daerah endemis penyakit blas.
Mengingat ketahanan varietas terhadap penyakit blas tidak bisa berlangsung lama maka penggunaan varietas tahan perlu didukung dengan komponen pengendalian lain. Fungisida merupakan teknologi yang sangat praktis dalam mengatasi penyakit blas, namun sering kali menimbulkan efek samping yang kurang baik diantaranya menimbulkan resistensi patogen dan pencemaran lingkungan. Oleh karena itu agar fungisida dapat digunakan seefektif mungkin dengan efek samping yang sekecil mungkin, maka fungisida harus digunakan secara rasional yaitu harus diperhitungkan tentang jenis, dosis, dan waktu aplikasi yang tepat. Beberapa jenis fungisida yang dianjurkan untuk mengendalikan penyakit blas adalah Topsin 500 F, Topsin 70 WP, Kasumiron 25/1 WP, dan Delsene MX 80 WP.
trima kasih, semoga bermanfaat.
ReplyDeletemohon juga di posting pengendalian hama yang bersifat alami dan ramah lingkungan