Wednesday, May 6, 2015

CARA MENANAM TERONG UNGU / NASHUBI

CARA MENANAM TERONG UNGU  ( NASHUBI )

Nashubi, budidaya terong ungu, budidaya terong hijau, budidaya terong pdf, budidaya terong belanda, budidaya terong jepang
Nashubi atau lebih sering dikenal dengan nama  si Terong Jepang

Nashubi atau terong Ungu tidak jauh berbeda dengan terong2 lain pada umumnya dalam spesies Solanum melongena. Walaupun ukuran dari buahnya bervariasi, namun bentuknya tetap bulat lonjong seperti telur, sesuai dengan  namanya dalam bahasa Inggris tanaman ini disebut eggplan.  Namun terong ini memeliki beberapa ciri khas dari segi penampilannya atau dari buahnya, yaitu Warnanya yang Ungu Tua sampai Kehitaman serta kulit buah yang begitu mengkilat, dan warna ini membungkus rata aseluruh permukaan buah itu sendiri, berbeda dengan terong - terong lokal lainnya, yaitu dengan penampilan warna buah yang bermotif batik, ada berwarna krem kekuning - kuningan atau juga yang berwarna hijau.

Tanaman ini  mulai berproduksi dan petik buah  sejak usia tanam 3 bulan. Dengan cara dan budidaya yang Intensif tanaman ini  dapat berproduksi sampai umur satu tahun, rata-rata  produktifitas antara 1-2  kg / batang 

Di Era tahun 1970-an tanaman ini telah dkenal dan di budidayakan oleh masyarakat CIPANAS dan sekitarnya, Sehingga tanaman ini bagi masyarakat dan petani di daerah sekitar tidak asing lagi  jauh sebelum nashubi atau terong jepang merambah pasar swalayan. Karena itu tidak heran jika saat ini daerah tersebut menjadi salah satu sentra produksi nashubi atau terong untuk pasokan ke pasar - pasar swalayan dan sudah mampu menembus pasar ekspor. Berikut ini cara budidaya yang biasa mereka lakukan bertahun - tahun
.
1. Syarat Tumbuh

Seperti halnya pada tanaman  terong pada umumnya, terong Jepang ini juga dapat tumbuh di berbagai area, dari dataran rendah hingga diketinggian 1.000 Meter diatas permukaan air laut. Namun demikian, tanaman ini membutuhkan lahan yang tanahnya harus memiliki cukup banyak kandungan bahan organik atau bisa dilakukan dengan menambahkan pupuk kandang atau kompos pada lahan yang dipersiapakan serta kondisi pengairan / Drainase baik, karena tanaman ini sangat rentan terhadap genangan air. Selain itu untuk lebih memaksimalkan  pertumbuhannya dan hasil produksinya sebaiknya pH tanah tanah yang dperlukan berkisar antara 5 – 6.

2. Pengolahan Lahan
 
Untuk pengolahan lahan perlu diperhatikan bahwa, Lahan untuk penanaman nashubi terong jepang  perlu diolah terlebih dahulu, paling tidak dua minggu sebelum ditanami. Yakni lakukan pembalikan tanah hal ini dapat diakukan dengan cara mencangkul atau membajak dan dibersihkan dari gulma atau rumput yang dapat mengganggu tanaman dan segagai sarangnya hama maupun penyakit dari tanaman tersebut, campurkan tanah dan pupuk kandang atau kompos yang sudah mengalami fregmantasi atau juga kompos yang sudah menjadi tanah dengan perbandingan 2 : 1. Setelah itu bentuklah bedengan-bedengan dengan panjang sesuai kondisi lahan dan lebar antar 100 - 120 cm. Jika ditanam pada musim kemarau, jarak tanam dapat dirapatkan dengan menanami dua baris tanaman pada setiap bedengan. Sedangkan jika musim hujan, tanaman dibuat jarang. Hal ini dimaksudkan memudahkan sinar matahari dapat lebih leluasa mencapai setiap bagian tanaman sehinggga pergantian oksigen untuk tanaman berjalan dengan lancar. Tinggi bedengan sekitar 40 – 50 cm, dan jarak antar-bedengan 30 – 40 cm yang akan berfungsi sebagai saluran pengairan  drainase dan menghindari akar tanaman dari genangan air yang menjadikan tanaman tidak mampu bertahan hidup.

Setelah selesai bedengan ditutup dengan mulsa jerami yang berfungsi untuk memetikan pertumbuhan rumput / gulma pengganggu tananman dan mengurangi populasi jamur tanaman.  kemudian buatlah  lubang-lubang tanam pada mulsa yang sudah terpasang dibedengan  dengan jarak dalam barisan 60 – 70 cm. Jika bedengan dibuat untuk baris ganda, buatkan lubang antar barisan dengan jarak 70 – 80 cm.

3. Pembibitan
 
Benih terong Jepang merupakan benih varietes hibrida, oleh sebab itu petani biasanya mendapatkannya dari penyalur benih atau bisa di dapatkan di toko-toko pertanian.  Ada beberapa cara penyemaian pembibitan yang sering dilakukan petani. Ada yang menyemai di bedeng semai yang berukuran relativ sesuai dengan kebutuhan dari jumlah banyaknya benih yang dipersiapkan. Ada pula yang menyemai dalam polibag berukuran 5 cm x 7 cm. Media semai yang sering dipakai berupa campuran pupuk kandang dan tanah dengan dosis 1 : 2. Dapat juga ditambahkan pestisida dengan dosis secukupnya untuk menghinadri serangan hama yang dapat merusak benih saat di persemaian .
Sebelum disemai, sebaiknya benih dirandam dulu dalam air dan dibungkus semalaman dengan kain atau handuk. Setelah itu berulah benih disemai. Untuk pesemaian hindari dari sinar matahri secara langsung atau bisa diberi naungan dari plastik paranet dan lakukan penyiraman setiap hari. Biasanya benih akan berkecambah setelah seminggu. Pada umur 10 – 15 hariberi penyemprotan dengan pestisida dan ZPT untuk menghindari penyakit persemaian dan merangsang pertumbuhan. Setelah bibit berumur 20 - 25 hari atau berdaun 3 – 4 helai dengan tinggi sekitar 15 cm, bibit dapat dipindah  tanam ke lahan / bedengan yang sudah disiapkan
.
4. Penanaman dan Pemeliharaan
Pada saat bibit ditanam, setiap lubang beri campuran pupuk  UREA, TSP, KCI, dan NPK dengan perbandingan 2 : 1 : 1 : 1. Dengan ukuran dosis 50 – 100 gr / batang tanaman. Buat posisi bibit ditanam secara tegak lurus, lalu disiram dengan air namun jangan sampai kondisi tergenang. Untuk menjaga tanaman tetap tumbuh tegak lurus, batang tanaman diikatkan pada  sebuah ajir dari bilah bambu yang setinggi 1 – 1,2 m yang telah terpasang pada saat bibit ditanam. Sekitar 20 / 25 hari kemudian, lakukan pemupukan kembali  dengan jenis dan dosis yang sama. Lalu setelah 15 – 20 hari dipupuk lagi dengan pupuk yang sama. Setelah itu 20 hari sekali dipupuk dengan NPK.
Perawatan lain seperti penyiangan dan pendangiran dapat dilakukan bersamaan dengan pemupukan tanaman. Namun bila dirasa perlu, penyiangan dan pendangiran dapat dilakukan lebih sering.

5. Hama dan Penyakit Terong Jepang
Seperti halnya pada  tanaman sayuran yang lain, terong jepang juga tidak pernah luput dari berbagai  gangguan hama maupun penyakit. Karena itu untuk mencegahnya lakukan penyemprotan pestisida sejak tanaman di bedengan berumur 10 hari.
Penyemprotan ini sebaiknya dilakukan minimal semingu sekali disemprot secara rutin atau tergantung intensitas serangan hama atau penyakit pada tanaman tersebut. Untuk penyemprotan itu bisa diaplikasikan  campuran insektisida, fungisida, dan pupuk daun atau ZPT dengan dosis sesuai anjuran.
Pada umur sekitar 3 bulan, setelah tanaman mulai berproduksi akan lebih maksimal lagi  disemprot dengan perangsang buah yang berbahan aktif Natrium NAA (Naphthyl Acetic Acid/Asam Naftali Asetat), untuk menjamin kualitas buah.

Buah Terong Jepang / Nashubi
6. Panen dan Pascapanen



Pemanenan terong Jepang dapat berlangsung 1 – 2 hari sekali dan mencapai puncaknya pada masa  panen ke 10 sampai ke 15, dengan volume panen mencapai sekitar 0,5 – 1 kg/batang setiap kali panennya. Dalam kondisi normal, produksi tanaman  ini dapat mencapai hasil 1 ton/ha setiap kali panen.
Pemetikan buah sebaiknya dilakukan dengan cara menggunting tangkai buahnya. Ukuran buah yang dipanen tergantung pada permintaan pasar dan konsumen. Untuk kebutuhan di Supermarket misalnya, buah yang dipilih berukuran sekitar 100 gram/buah. Sedangkan untuk kebutuhan industri, terong yang dipanen berukuran sekitar 200 gram/buah.
Seperti halnya jenis sayuran - sayuran yang lainnya, masa segar buah terong ini juga relatif singkat. Karena itu lakukan  penanganan pascapanen buah terong se-effisien mungkin, segera dilakukan sortir buah sesuai permintaan pasar dan upayakan lakukan packing / pengemansan.


No comments:

Post a Comment