Friday, November 18, 2011

TEKHNIK DAN INOVASI TANAM PADI

 TEKNIK BUDIDAYA PADI SISTEM  SRI ( SISTEM RICE INSTITUT )

Bagi Indonesia  pangan  adalah penentu  kesejahteraan  sebagian  besar penduduk pedesaan yang mata pencahariannya pada  “on  farm”yang terdiri atas petani berlahan sempit dan  buruh tani. Di Indonesia  ketahanan  pangan  dicerminkan  antara lain  oleh ketahanan  komoditi beras  yang merupakan  komoditas pangan  paling strategis di Indonesia. Berkaitan  dengan  kebijakan pemerintah untuk  memprioritaskan  pembangunan Indonesia khususnya bagi wilayah yang sumber daya airnya terbatas, sejak tahun 1990 dibentuklah  Small Scale  Irrigation  Management Project (SSIMP). Dengan  SSIMP yang menjadi Decentralized Irrigation System Improvement Project (DISIMP) dikembangkan padi SRI di Indonesia. Untuk  itu  Direktorat  Jenderal Sumber  Daya Air Departemen  Pekerjaan  Umum  melalui Direktorat Irigasi mengadakan  One  Day Seminar  On  The System  of  Rice Intensification  (SRI)  Making Land,  labor, Water  and  Capital More Productive for Meeting Food Needs  di Jakarta  (14/01/08). Acara  tersebut dihadiri oleh  Sesditjen  SDA Departemen  PU,  Eddy  Djayadiredja, Kasubdit Pemanfaatan  Air  Tanah Direktorat Irigasi Ditjen SDA, Syahrial Achmad, Nippon Koei,  Cornell University USA,  Norman  T. Uphoff dan para pakar bidang SDA.

Dalam kata sambutan Direktur Irigasi yang diwakili oleh Syahrial Achmad menjelaskan tentang perlunya untuk melakukan upaya strategis untuk mencapai target peningkatan produksi beras guna menjaga  kelangsungan  swasembada  pangan.  Peningkatan produksi bidang  pertanian diantaranya dilakukan  dengan  penyebaran  bibit unggul, pemberian  pupuk  dan  pestisida disamping kinerja pengelolaan  air  irigasi melalui penguatan klembagaan P3A serta memperbaiki bidang pasca panen. Sebenarnya  Indonesia  telah  diperkenalkan  metodologi  budidaya padi yang  mampu meningkatkan produksi secara drastis.  Namun  hanya  perlu  input produksi yang kecil seperti air, irigasi,  benih pupuk  kimia  dan  biaya produksi lainya. Metodologi ini dinamakan  System of Rice Instensification atau yang lazim disingkat SRI. 

SRI adalah teknik budidaya padi inovatif yang diketemukan tahun 1980­an oleh seorang biarawan Perancis bernama Henri de Laulanié. Pada sekitar tahun 1980­an metodologi ini hanya berkembang terbatas di Madagaskar, tempat  Laulanié mengabdikan  dirinya sejak  tahun  1961. Menjelang  akhir tahun 1990­an,  SRI mulai mendunia berkat  usaha keras Prof. Dr. Norman Uphoff, mantan Direktur Cornell International Institute for Food,

Agriculture and Development (CIIFAD), Cornel University, Amerika Serikat. Pada  tahun 1997, Prof. Norman Uphoff memberikan presentasi di Bogor. SRI saat ini sedang  dalam  ”  sedang berjalan” dan  belum  selesai .  Metode  SRI memungkinkan petani untuk :
1.  Meningkatkan produksi padi lebih dari 50 %
2.  Mengurangi input dan biaya antara lain ;
     a.  Bibit – mengurangi antara 80 % ­ 90 %
     b.  Pemberian air Irigasi antara 25% ­ 50 %
     c.  Pupuk kimia – dikurangi atau ditiadakan
     d.  Beras yang dihasilkan lebih tinggi .

Menurut Norman  Uphoff  SRI tujuan  utamanya  adalah  PRODUCTIVITY  tidak  hanya meningkatkan HASIL . SRI dalam waktu sama akan menghasilkan produktifitas  antara lain :
·  Hasil per­unit area lebih tinggi
·  Hasil kerja perhari yang didapat buruh lebih tinggi .
·  Lebih banyak tanaman yang mendapat dengan metode SRI
·  Mendapat keuntungan yang lebih tinggi .

Lima (5) dasar simple dari SRI yang mendasar yaitu :
1.  Menggunakan bibit muda : untuk melindungi pertumbuhan potensial
2.  Spasi yang lebar dengan menggunakan bibit tunggal
3.  Memperhankan tanah basah tetapi tidak menggenang
4.  Mempertinggi soil organic
5.  Sirkulasi dalam tanah terjaga semaksimal mungkin

Dari pengalaman SRI di negara Banglades,  Cambodia,  China,  Indonesia, Nepal, Srilangka  Vietnam bahwa rata - rata terjadi peningkatan  untuk hasil  padi sebesar rata  52 %  untuk  pemberian  air  berkurang 40 %  ,  biaya yang  bisa  dihemat antara 25 %  dan income yang didapat sebesar rata 128 %.

No comments:

Post a Comment